Tari Lulo Sangia, Warisan Sakral Suku Tolaki Dari Abad Ke-16
Tari Lulo Sangia merupakan warisan sakral Suku Tolaki sejak abad ke-16, dilestarikan sebagai bagian penting tradisi dan spiritualitas mereka.

Tari Lulo Sangia adalah tari tradisional penuh makna spiritual dari Suku Tolaki, Sulawesi Tenggara. Berakar sejak abad ke-16, tari ini awalnya bagian dari ritual penyembuhan Raja Bokeo Teporambe. Keunikan tarian ini terletak pada fungsinya sebagai media komunikasi dengan dewa untuk memohon keselamatan dan kesembuhan, bukan sekadar hiburan.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.
Asal-Usul Dan Makna Tari Lulo Sangia
Tari Lulo Sangia berasal dari tradisi masyarakat Tolaki Mekongga di Sulawesi Tenggara, dimulai pada masa Raja Bokeo Teporambe yang sakit. Tarian ini bagian dari upacara Mosehe Wonua, ritual pensucian untuk menjaga keharmonisan alam dan manusia, serta menghormati tiga dewa utama (Sangia).
Ketiga Sangia meliputi Sangia Mbuu sebagai pencipta bumi, Sangia Ndudu sebagai pemelihara, dan Sangia Molowu sebagai pemusnah. Tari Lulo Sangia bertujuan menyenangkan dewa agar murka tidak turun, mencegah penyakit dan kerusakan, menunjukkan hubungan spiritual masyarakat Tolaki dengan alam.
Masyarakat Tolaki meyakini penyakit kerap akibat kesalahan manusia yang memicu kemarahan dewa. Tari ini menjadi ritual untuk menghibur dan memohon ampun agar hidup dan alam tetap seimbang. Sebagai tarian sakral, Lulo Sangia hanya ditampilkan pada momen penting seperti penyakit atau wafatnya anggota keluarga kerajaan.
Gerakan Dan Perkembangan Tari Lulo
Tari Lulo Sangia ditampilkan dengan gerakan menginjak-injak yang diiringi alat musik tradisional seperti gong dan kendang. Gerakan ini mempunyai makna simbolis sebagai ritual molulowi, yakni menginjak-injak padi untuk memisahkan bulirnya, yang kemudian berkembang menjadi simbol syukur dan harapan. Setiap gerakan sarat makna dan berfungsi sebagai komunikasi dengan para dewa.
Awalnya, tari Lulo diiringi alat musik khas Tolaki seperti kanda-kanda wuta atau gendang tanah. Seiring waktu, iringan musik mengalami perubahan dengan masuknya gong dan perkakas musik modern. Meski mengalami perkembangan, esensi spiritualnya tetap dijaga dengan ketat, terutama dalam bentuk Lulo Sangia yang bersifat sakral dan dihormati oleh masyarakat.
Selain Lulo Sangia, ada variasi lain dari tarian Lulo seperti Lulo Anggo dan Lulo Ngganda yang lebih banyak digunakan sebagai hiburan dalam berbagai acara adat dan sosial. Namun, Lulo Sangia tetap dianggap sebagai warisan suci yang mempertahankan nilai-nilai leluhur dan keimanan suku Tolaki.
Baca Juga: Keripik Mete Khas Kendari, Camilan Gurih Yang Menggoda Selera
Fungsi Sosial Dan Ritual Tari Lulo

Tari Lulo Sangia memiliki fungsi lebih dari sekadar pertunjukan budaya. Ia merupakan instrumen ritual penyembuhan yang telah ada sejak abad ke-16, ketika raja mengalami sakit parah. Dalam pelaksanaannya, seluruh masyarakat akan berkumpul, bergandengan tangan, dan menari bersama dengan dipimpin oleh seorang dukun atau pemimpin adat.
Ritual ini dipercaya mampu menenangkan roh-roh yang marah dan membawa kesembuhan bagi yang sakit. Tarikan dan dentuman alat musik memberikan irama yang membangkitkan semangat sekaligus menenangkan para dewa. Ritual ini memperkuat solidaritas sosial sekaligus menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual.
Selain ritual penyembuhan, tari ini juga menjadi simbol rasa syukur masyarakat Tolaki atas hasil panen dan kelangsungan hidup mereka. Tarian ini mengingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan alam dan para leluhur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pelestarian Dan Peran Tari Lulo Sangia Kini
Kini, Tari Lulo Sangia tetap dilestarikan sebagai bagian penting dari identitas budaya Tolaki. Meskipun fungsinya sebagai ritual penyembuhan telah bertransformasi, tarian ini masih dipentaskan dalam acara adat dan momen-momen khusus yang menuntut penghormatan kepada leluhur dan dewa.
Pelestarian tari ini menjadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah daerah. Upaya menjaga keberlanjutan seni tradisi ini penting agar generasi muda memahami akar budaya mereka dan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.
Tari Lulo Sangia juga semakin dikenal sebagai warisan budaya yang memperkaya khazanah seni Nusantara. Dengan kemasan yang tetap menghormati nilai-nilai sakral, tarian ini mampu menjadi media edukasi dan hiburan yang memperkuat jati diri Suku Tolaki di tengah perkembangan zaman.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi tempat-tempat wisata, sejarah, budaya dan berita terupdate lainnya hanya di ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari etnis.id
- Gambar Kedua dari zonasultra.id