Benteng Fort Rotterdam, Destinasi Wisata Sejarah yang Memikat

Benteng Fort Rotterdam adalah destinasi wisata sejarah memukau di Makassar, Sulawesi Selatan, tawarkan perpaduan sejarah dan arsitektur yang unik.

Benteng-Fort-Rotterdam,-Destinasi-Wisata-Sejarah-yang-Memikat

Benteng ini menjadi ikon wisata sejarah yang terawat baik dan telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya pada tahun 2010.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.

tebak skor hadiah pulsa  

Sejarah Panjang Benteng Ujung Pandang

Benteng Fort Rotterdam, dahulu bernama Benteng Jumpandang atau Ujung Pandang, pertama kali dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna. Pembangunannya diteruskan oleh Raja Gowa X, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng sebagai bagian dari sistem pertahanan Kerajaan Gowa-Tallo. Nama “Jumpandang” berasal dari banyaknya pohon pandan yang tumbuh di sekitar benteng.

Awalnya, benteng berfungsi sebagai pertahanan dan tempat pertemuan kerajaan. Struktur awalnya sederhana, namun diperkuat pada masa Raja Gowa XIV, Sultan Alauddin, dengan batu padas hitam, batu karang, dan bata berperekat kapur serta pasir. Benteng ini menjadi salah satu dari 15 benteng pesisir yang dibangun untuk menjaga wilayah Gowa-Tallo dari serangan laut.

Setelah kekalahan Gowa dalam Perang Makassar (1667), benteng diserahkan kepada VOC. Laksamana Cornelis Speelman kemudian merenovasinya dengan gaya arsitektur Belanda dan menamainya Fort Rotterdam, diambil dari nama kota kelahirannya di Belanda.

Keunikan Arsitektur dan Filosofi Benteng Penyu

Fort Rotterdam memiliki bentuk unik menyerupai penyu yang merayap ke laut, sehingga dijuluki “Benteng Penyu” atau “Benteng Pannyua”. Bentuk ini memiliki filosofi mendalam: penyu melambangkan keseimbangan antara darat dan laut, simbol kekuatan Kerajaan Gowa yang berjaya di keduanya. Bagi masyarakat Bugis-Makassar, penyu juga berarti ketekunan, ketahanan, dan semangat pantang menyerah.

Struktur benteng terdiri atas lima bastion: Bastion Bone, Bacan, Butung, Mandarsyah, dan Amboina. Dinding benteng setebal dua meter dan setinggi hingga tujuh meter, dibangun dari batu padas dan bata kokoh. Parit besar pernah mengelilinginya, meski kini sebagian telah tertimbun oleh pembangunan modern di sekitarnya.

Arsitektur bergaya Eropa terlihat dari atap pelana, jendela besar, serta tata ruang simetris. Keindahan arsitektur kolonial berpadu dengan filosofi lokal menjadikan Fort Rotterdam contoh harmonisasi budaya antara Eropa dan Nusantara.

Baca Juga: Pesona Pantai Kendari, Keindahan Alam Aktivitas Seru dan Wisata

Transformasi dan Daya Tarik Wisata

Transformasi-dan-Daya-Tarik-Wisata

Selama berabad-abad, fungsi Fort Rotterdam terus berubah. Pada masa kolonial, benteng menjadi markas VOC dan pusat pemerintahan Belanda di timur Indonesia. Salah satu kisah paling terkenal adalah penahanan Pangeran Diponegoro di benteng ini selama 21 tahun, sejak 1834 hingga wafatnya pada 1855.

Saat pendudukan Jepang (1942–1945), benteng digunakan sebagai pusat penelitian pertanian dan bahasa. Setelah kemerdekaan, Fort Rotterdam sempat menjadi markas KNIL dan tempat tinggal warga sipil hingga 1969. Pemerintah Indonesia kemudian memugar dan menjadikannya pusat kebudayaan Sulawesi Selatan sejak 1974.

Kini, Fort Rotterdam menjadi destinasi wisata sejarah yang populer di Makassar. Pengunjung dapat menjelajahi bangunan tua, mengunjungi Museum La Galigo, serta melihat sel penjara Pangeran Diponegoro. Suasana benteng yang asri juga cocok untuk bersantai sambil menikmati pemandangan dan pertunjukan budaya lokal.

Fakta Menarik dan Pelestarian Warisan

Fort Rotterdam adalah saksi sejarah penting Perang Makassar dan penandatanganan Perjanjian Bongaya (1667), yang menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Gowa. Benteng ini menjadi simbol perubahan kekuasaan dari kerajaan lokal ke tangan kolonial Belanda.

Restorasi besar dilakukan pada tahun 1970-an untuk menjaga keaslian dan kekokohan bangunan. Kini, benteng berfungsi sebagai museum, pusat budaya, dan lembaga arkeologi nasional, sekaligus menjadi media edukasi sejarah bagi generasi muda.

Sebagai ikon warisan budaya Makassar, Fort Rotterdam tidak hanya menyimpan kisah masa lalu, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya pelestarian sejarah dan identitas bangsa di tengah modernisasi kota.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi tempat-tempat wisata terupdate lainnya hanya di ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari kompas.com
  • Gambar Kedua dari idntimes.com

Similar Posts