Buras Makassar, Makanan Tradisional yang Bikin Ketagihan

​​Buras, makanan tradisional khas Makassar dan masyarakat Sulawesi Selatan, dikenal juga dengan nama Burasa​.

Buras-Makassar,-Makanan-Tradisional-yang-Bikin-Ketagihan

Makanan ini mirip lontong, tetapi agak pipih dan dimasak dengan cara tersendiri, memberikan rasa yang lebih gurih karena penggunaan santan. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.

tebak skor hadiah pulsa  

Mengenal Lebih Dekat Buras Makassar

Buras adalah hidangan khas masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan yang terbuat dari beras. Beras dimasak dengan santan kental hingga menjadi nasi lembek, kemudian dibungkus daun pisang dan direbus hingga matang. Bentuknya pipih dan lebih pendek dibanding lontong, dengan tekstur padat dan rasa gurih.

Keunikan buras terletak pada proses memasaknya yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding lontong. Hasilnya adalah nasi yang padat, tidak mudah basi, dan mampu bertahan hingga dua hari. Buras sering dijadikan bekal perjalanan dan hidangan wajib dalam berbagai acara adat.

Di Kalimantan Selatan, buras dikenal dengan nama “lapat” dan biasanya disantap dengan sambal kacang. Sedangkan masyarakat Sulawesi Selatan menikmatinya bersama kaluku (kelapa parut) atau sebagai pelengkap makanan berkuah. Hal ini menunjukkan variasi tradisi kuliner di setiap daerah.

Sejarah dan Tradisi Buras

Buras berakar dari kebiasaan leluhur Bugis yang gemar merantau dan berlayar. Makanan ini menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat, mulai dari pernikahan hingga syukuran. Kehadirannya dalam perayaan Lebaran menunjukkan nilai simbolik dan budaya yang kuat.

Nama “buras” diperkirakan berasal dari kata “burasa” dalam bahasa Bugis, yang berarti nasi yang dibungkus. Dalam tradisi, buras selalu ada pada hari raya dan sering disajikan bersama kaluku atau hidangan berkuah lainnya.

Selain itu, buras menjadi simbol kerinduan bagi perantau Bugis-Makassar. Pepatah “Setinggi apapun sekolahmu, pulanglah untuk mengikat buras” menggambarkan bagaimana makanan ini menjadi pengikat budaya dan nostalgia keluarga.

Baca Juga: Duata, Tradisi Sakral Suku Bajo Wakatobi Warisan Budaya

Resep dan Cara Membuat Buras Gurih

Resep-dan-Cara-Membuat-Buras-Gurih

Bahan utama buras meliputi beras, santan kental, garam, dan daun pisang sebagai pembungkus. Perbandingan yang umum adalah 1 kg beras dengan 1,5 liter santan kental. Daun pisang sebaiknya yang muda sebagai lapisan dan yang tua sebagai pembungkus agar tidak mudah patah.

Proses pembuatan dimulai dengan mencuci beras hingga bersih, kemudian memasak beras setengah matang dengan santan (aron). Nasi ini dibiarkan meresap selama 15–20 menit sebelum dibungkus daun pisang membentuk persegi panjang.

Setelah dibungkus, buras direbus dalam panci besar selama 2–3 jam hingga matang. Metode tradisional bahkan bisa mencapai 8 jam. Setelah matang, buras didinginkan sebelum disajikan. Hasilnya adalah nasi padat, gurih, dan siap menjadi pendamping berbagai hidangan khas Sulawesi Selatan.

Cara Menikmati Buras

Buras paling nikmat disantap hangat, terutama bersama hidangan berkuah seperti Coto Makassar, Pallu Konro, atau Pallubasa. Selain itu, buras dapat digoreng sebentar dengan sambal atau saus kacang, atau disajikan bersama sayur lodeh dan opor ayam.

Buras juga fleksibel dijadikan camilan dengan taburan kelapa parut dan gula merah, atau sebagai bahan utama nasi goreng buras. Inovasi ini menunjukkan bagaimana makanan tradisional tetap relevan dengan selera modern.

Selain itu, buras dapat divariasikan dengan isian seperti abon, daging cincang, sayuran, atau dijadikan warna-warni menggunakan pewarna alami. Versi modern juga hadir seperti buras instan, buras fusion, dan buras sehat menggunakan beras merah.

Keunikan dan Perbedaan Buras

Buras berbeda dengan lontong dan ketupat meski sama-sama berbahan beras dan dibungkus. Buras dimasak dengan santan, bentuknya pipih, dan teksturnya padat. Lontong berbentuk silinder panjang, sedangkan ketupat berbentuk prisma atau kubus.

Daun pisang digunakan untuk buras dan lontong, sementara ketupat dibungkus anyaman daun kelapa. Buras lebih sering menjadi pendamping makanan berkuah, sedangkan lontong dan ketupat fleksibel dalam penggunaannya.

Selain itu, buras dapat dikreasikan dengan berbagai bahan tambahan. Versi modern dan tradisional tetap menjaga keaslian rasanya, menjadikan buras sebagai hidangan khas yang kaya budaya dan cita rasa.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi tempat-tempat wisata terupdate lainnya hanya di ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari royco.co.id
  • Gambar Kedua dari kompas.com

Similar Posts