Rumah Malige – Mengenal Rumah Adat Dari Suku Buton

Rumah Malige adalah rumah adat dari suku Buton Sulawesi Tenggara yang memiliki bentuk rumah panggung. Selain itu, Rumah Malige atau yang juga di sebut dengan Kamali ini di bangun tanpa tali pengikat ataupun paku namun dengan saling mengait. Walaupun demikian tetapi mampu berdiri dengan sangat kokoh serta megah.

Rumah-Malige-Kenali-Rumah-Adat-Dari-Suku-Buton

Malige sendiri berasal dari kata mahligai ataupun istana. Tujuan pembangunan Malige yaitu sebagai tempat tinggal sultan serta keluarganya. Sultan adalah sebutan raja pada Kerajaan Buton. Rumah Malige ini terbuat dari kayu jati serta wola dengan konstruksi rumah panggung. Yang mana semua pasaknya terbuat dari kayu tanpa memakai paku.

Bagaimana Bentuk Rumah Malige

Rumah ini memiliki bentuk panggung serta terdiri dari empat lantai. Lantai dua ukurannya lebih kecil jika di bandingkan dengan lantai satu. Kemudian lantai tiga lebih kecil daripada lantai dua. Adapun lantai empat lebih luas daripada lantai tiga. Dalam rumah Malige adu bangunan utama, selain itu juga terdapat sebuah bangunan kecil pada bagian belakang. Bangunan itu di pakai sebagai dapur serta toilet.

Lalu, pada bangunan utama serta dapur di hubungkan dengan sebuah jembatan yang mirip dengan jembatan penyeberangan. Umumnya saat membangun rumah banyak memakai paku untuk menyambung beberapa bagian rumah. Tetapi, rumah Malige berbeda dan tidak memakai pasak kayu. Rumah Malige juga terbuat dari kayu yang sangatlah besar, di mana mempunyai sebanyak 40 tiang penyangga serta lantainya di buat kembali dari kayu jati supaya kuat.

Baca Juga : Pulau Hari – Menikmati Indahnya Wisata Alam Yang Menakjubkan

Hal Unik Dari Rumah Adat Malige

Rumah-Malige-Mengenal-Rumah-Adat-Dari-Suku-Buton

Keunikan ari rumah Malig. Pada rumah Malige ada hiasan-hiasan unik. Di mana hiasan tersebut ada berupa ukiran buah nanas motif daun ake, buah butun, motif kambang (kelopak teratai) serta motif sifat baik. Yang mana perlu untuk di miliki oleh seseorang. UKiran nanas juga di letakkan di ujung atap. Yang mana memiliki arti bahwa hanya sultan yang bisa di payungi dengan payung kerajaan.

Payung tersebut merupakan lambang rasa hormat serta penghargaan pada pemimpin ataupun yang di tuakan. UKiran buah nanas juga melambangkan tentang keuletan serta kesejahteraann. Artinya bahwa kita harus rajin dan tidak mudah untuk menyerah serta sabar. Ukiran buah butun di letakkan pada bagian ujung atap, tepatnya yaitu di bawah cucuran atap. Buah butu melambangkan keteguhan, keselamatan serta kebahagiaan. Motif ake ataupun daun melambangkan kedekatan dengan Tuhan.

Caranya yaitu dengan selalu menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Motif kelopak teratai juga memiliki aii kesucian. Maksudnya bahwa tidak boleh lakukan hal-hal yang membuat berdosa. Motif naga di letakkan di bubungan rumah. Arti dari ukiran naga merupakan kebesaran serta kekuatan. Ukiran naga juga di letakkan pada pintu rumah, tujuannya supaya penghuni rumah terhindar dari bahaya sentralsultra.id.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *