Wisata Pantai Katembe Dengan Mitosnya Yang Sangat Terkenal
Wisata Pantai Katembe ini berada di Desa Madongka, Kecamatan Lakudo tepatnya di Kabupaten Buton Tengah. Hamparan pasir putih serta samudera biru, tentunya akan selalu di ingat oleh mereka yang pernah berkunjung ke wisata ini. Di mana, membentang dari jalan masuk menuju ke pantai. Pasir putih pada wilayah ini cukup luas. Malah, hamparannya sering kali di jadikan sebagai sarana olahraga bola voli pantai ataupun sepakbola mini.
Tetapi, nama pantai Katembe ternyata bukanlah di kenal karena keindahan pasirnya. Namun Katembe dalam bahasa daerah setempat memiliki arti yaitu air tawar. Ternyata sekitar 30 meter dari bibir pantai terdapat sebuah sumur air tawar. Memang cukup aneh, karena hanya satu-satunya sumur yang berada di sekitar pantai. Sumur ini sendiri telah ada semenjak puluhan tahun lamanya pada lokasi wisata pantai Katembe. Tidak ada cerita yang cukup jelas tentang siapa yang menggali dan bagaimana awal mula di temukan.
Sumur ini, sering kali di pakai oleh warga setempat untuk mengambil air bersih. Bagi wisatawan, sumur selalu saja di serbu untuk mandi usai berenang di pantai. Indahnya matahari terbenam, tentu jadi salah satu sumber insprasi serta tempat terbaik untuk melepas lelah. Tidak hanya itu saja, ada juga satu dermaga yang mana di bangun oleh warga Buton Tengah. Jika langit masih cerah, maka lokasi ini jadi salah satu spot buruan bagi selebgram ataupun vloger di lokasi wisata pantai Buton Tengah.
Legenda Putri Duyung
Pantai Katembe ini ada pada wilayah Selatan Pulau Muna. Ketika waktu tertentu pada setiap tahun, wilayah ini sering kali di lewati oleh iring-iringan duyung ataupun dugong. Nelayan setempat, terkadang secara kebetulan mendapati duyung yang tersangkut di dalam pukat ikan. Jika sudah terjebak, maka warga biasanya akan membawa pulang kemudian menjual dagingnya dengan harga yang tinggi.
Baca Juga : Beberapa Fakta Menarik Tentang Wisata Air terjun Moramo
Ternyata, terdapat cerita rakyat yang melegenda serta dikenal oleh hampir setiap warga yang ada di sana. Konon kisahnya pada wilayah itu, hiduplah seorang wanita bersama dengan dua orang anaknya yang masih sangat kecil. Ayahnya sudah tiada, jadi ibunya yang dengan bersusah payah membesarkan mereka. Anaknya sulungnya yaitu La Nturungkoleo serta adiknya di beri nama dengan La Mbata-mbata.
Khusus pada wilayah Pulau Buton serta Muna, anak yang bernama La karena berjenis kelamin laki-laki. Sementara nama anak dengan Wa, memiliki jenis kelamin perempuan. Suatu hari, karena mereka sudah tidak memiliki apa-apa untuk makan, maka kedua anaknya merengek dan meminta ikan. Merajuklah keduanya pada sang ibu. Selama berhari-hari, mereka berdua meminta ibunya untuk memasak ikan. Padahal, tidak ada satu pun pria yang tinggal pada kampung itu yang dapat di mintai tolong.
Karena ingin membahagiakan kedua putranya, maka sang ibu berangkat ke laut. Usai berhari-hari menanti, ibu dari kedua anak itu tidak juga kembali. Kedua anak tersebut kemudian pergi ke tepi pantai dan memanggil-manggil nama ibunya. Tetapi, konon kabarnya ibunya tidak kunjung datang dan kembali pada mereka karena kata ‘orang pintar’, bahwa ibu mereka telah menjadi ikan duyung sentralsultra.id.