Makna Filosofis di Balik Rumah Adat Buton, Banua Tada
Rumah adat Banua Tada adalah salah satu warisan budaya arsitektural dari masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara.
Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah ini menyimpan berbagai makna filosofis, sosial, dan spiritual yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Buton. Nama Banua Tada sendiri berarti rumah siku, merujuk pada bentuk sudut tajam rumah yang mencerminkan ketegasan dan prinsip hidup masyarakatnya.
Berikut ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA akan menjelaskan makna filosofis di balik rumah adat Buton.
Struktur Arsitektur Sebagai Cerminan Tatanan Sosial
Banua Tada memiliki struktur bertingkat yang mencerminkan stratifikasi sosial di masyarakat Buton. Rumah-rumah kalangan bangsawan dibangun lebih besar dan tinggi dibanding milik masyarakat biasa. Ruang dalam rumah pun terbagi secara hierarkis menunjukkan posisi sosial dan peran dalam adat.
Ini menunjukkan bahwa rumah tidak hanya fisik, tetapi juga simbol sosial.
Tiang Utama dan Simbol Keseimbangan Hidup
Rumah Banua Tada ditopang oleh sejumlah tiang kayu besar yang disebut tulambahi atau tiang utama. Tiang ini bukan hanya sebagai penopang fisik, tetapi memiliki filosofi mendalam: sebagai penghubung antara alam atas (langit), alam tengah (manusia), dan alam bawah (leluhur).
Ini mencerminkan pandangan kosmologis masyarakat Buton yang menghormati keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual.
Atap dan Lambang Keteguhan
Bentuk atap rumah Banua Tada yang tinggi dan meruncing melambangkan keteguhan serta cita-cita tinggi masyarakat Buton. Atap juga mencerminkan keterbukaan terhadap nilai-nilai luhur dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Bentuknya yang menyerupai perahu juga mengingatkan akan tradisi maritim masyarakat Buton sebagai pelaut ulung.
Baca Juga: Kasoami, Si Singkong Kerucut Khas Sultra yang Bikin Nagih
Fungsi Ruang dan Nilai Kehidupan
Setiap ruang di dalam rumah Banua Tada memiliki fungsi simbolis. Ruang tamu untuk menjamu dan mempererat silaturahmi, ruang tengah sebagai tempat musyawarah keluarga, dan ruang belakang untuk kegiatan domestik seperti memasak.
Semua ini mencerminkan nilai keterbukaan, musyawarah, dan kebersamaan, nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Buton.
Material Lokal dan Filosofi Kearifan Alam
Material utama rumah ini berasal dari bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan atap rumbia, yang diambil tanpa merusak lingkungan. Hal ini menggambarkan filosofi hidup berdampingan dengan alam serta prinsip keberlanjutan yang dijalankan oleh masyarakat tradisional Buton.
Mereka percaya bahwa alam harus dijaga karena menjadi sumber kehidupan.
Warisan Leluhur dan Identitas Budaya
Banua Tada bukan sekadar bangunan, melainkan simbol identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap ukiran, bentuk, dan susunan rumah membawa nilai historis dan spiritual. Rumah ini menjadi tempat menjaga nilai leluhur, memperkuat ikatan keluarga, dan mengenalkan jati diri Buton kepada generasi muda.
Banua Tada adalah wujud nyata dari perpaduan antara fungsi, estetika, dan filosofi dalam kebudayaan Buton. Setiap elemen rumah ini mengandung makna yang mencerminkan tatanan sosial, hubungan manusia dengan alam dan Tuhan, serta nilai-nilai luhur seperti musyawarah, gotong royong, dan keteguhan hati.
Memahami rumah adat ini tidak hanya memberi wawasan arsitektural, tetapi juga membuka jalan untuk memahami cara berpikir, hidup, dan bertahan masyarakat Buton di tengah arus modernisasi. Banua Tada bukan hanya rumah, tetapi sebuah narasi budaya yang hidup dan bernilai tinggi.
Dapatkan informasi menarik lainnya mengenai Sulawesi Tenggara hanya di ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.
Sumber Gambar:
- Gambar pertama dari regional.kompas.com
- Gambar kedua dari pagaralampos.disway.id