|

Jelajahi Buton Palace Fortress, Benteng Terbesar Dunia dengan Sejarah Panjang

Buton Palace Fortress, yang juga dikenal sebagai Wolio Palace, benteng megah yang dibangun pada akhir abad ke-16 di Baubau, Sulawesi Tenggara.

Jelajahi Buton Palace Fortress, Benteng Terbesar Dunia dengan Sejarah Panjang

Benteng ini didirikan oleh Sultan Buton III, La Sangaji, yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Dengan luas mencapai 23.375 hektar, benteng ini diakui sebagai benteng terbesar di dunia dan menjadi simbol kejayaan.

Dibawah ini ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA akan membahas benteng ini juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan dan pertahanan yang mampu mempertahankan kerajaan dari ancaman musuh selama berabad-abad.

tebak skor hadiah pulsa  

Sejarah Pendirian Buton Palace Fortress

Buton Palace Fortress mulai dibangun pada akhir abad ke-16 oleh Sultan Buton III. Awalnya, benteng ini hanya berupa tumpukan batu yang mengelilingi kompleks istana, berfungsi sebagai pagar pembatas dan benteng pertahanan sederhana.

Namun, pada masa pemerintahan Sultan Buton IV, La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng tersebut dibangun menjadi struktur permanen yang kokoh. Pembangunan ini menandai era keemasan Kerajaan Buton, di mana benteng ini menjadi pusat kekuatan yang menjaga eksistensi kerajaan dari ancaman bajak laut dan kekuatan asing.

Arsitektur & Komponen Utama Benteng

Benteng ini memiliki desain yang unik dan megah, dibangun dari batu kapur dan terletak di atas Bukit Wolio. Memberikan posisi strategis untuk mengawasi Kota Baubau dan Selat Buton. Struktur benteng melingkar dengan keliling sekitar 2.740 meter dan terdiri dari tiga komponen utama: Badili (meriam), Lawa (pintu gerbang), dan Baluara (pos meriam).

Terdapat 12 gerbang Lawa yang masing-masing memiliki bentuk dan fungsi berbeda, serta 16 Baluara yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penempatan meriam. Ketebalan dinding benteng berkisar antara 50 cm hingga 2 meter dan tingginya mencapai 8 meter, memperkuat pertahanan dari serangan musuh.

Baca Juga:

Fungsi Strategis & Pertahanan Kerajaan Buton

Letak benteng yang strategis di puncak bukit memungkinkan pengawasan luas terhadap aktivitas di sekitar Baubau dan jalur pelayaran Selat Buton. Sistem pertahanan multilapis yang dibangun oleh Kerajaan Buton, termasuk benteng ini. Sangat efektif dalam menghadapi ancaman dari bajak laut dan penjajah asing seperti Portugis dan Belanda.

Dengan 16 meriam peninggalan Portugis dan Belanda, benteng ini menjadi benteng militer yang tangguh dan simbol kedaulatan kerajaan. Keberadaan benteng ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kerajaan selama lebih dari empat abad.

Pengakuan Internasional & Warisan Budaya

Pengakuan Internasional & Warisan Budaya

Buton Palace Fortress mendapat pengakuan internasional sebagai benteng terbesar di dunia. Pada tahun 2006, benteng ini dianugerahi penghargaan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan tercatat dalam Guinness Book of Records.

Selain nilai sejarah dan militernya, benteng ini juga menjadi pusat pelestarian budaya dengan pertunjukan seni tradisional yang rutin digelar di dalamnya. Benteng ini menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik, memberikan pengunjung pengalaman. Langsung menyaksikan peninggalan Kerajaan Buton yang kaya akan nilai budaya dan sejarah.

Peran Buton Palace Fortress Dalam Identitas Lokal

Selain sebagai situs sejarah, Buton Palace Fortress juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat Buton. Benteng ini menunjukkan kearifan lokal dalam membangun sistem pertahanan yang efektif sekaligus memadukan fungsi estetika dan spiritual.

Saat ini, benteng menjadi salah satu objek wisata utama di Baubau, menarik wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin mengenal sejarah dan budaya Buton. Upaya pelestarian dan pengembangan situs ini terus dilakukan agar warisan bersejarah ini dapat dinikmati generasi mendatang dan menjadi sumber kebanggaan daerah.

Kesimpulan

Buton Palace Fortress adalah warisan monumental Kerajaan Buton yang tidak hanya berfungsi benteng pertahanan terbesar di dunia. Tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan simbol kedaulatan kerajaan. Dibangun pada akhir abad ke-16 oleh Sultan Buton III, benteng ini memiliki arsitektur unik dengan 12 gerbang dan 16 pos meriam.

Menunjukkan kekuatan militer dan kecanggihan strategi pertahanan pada masa itu. Pengakuan internasional dan peran benteng dalam pelestarian budaya menjadikannya aset penting bagi Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di ALL ABOUT SULAWESI TENGGARA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari wisata.app
  2. Gambar Kedua dari tripadvisor.com

Similar Posts